PTK MENINGKATKAN KEMAMPUANN BERBICARA
MELALUI
METODE BERMAIN PERAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan
berpikir anak usia Taman Kanak-kanak atau Pra Sekolah juga yang disebut dengan
masa keemasan ( golden age ) berkembang sangat pesat.Perkembangan intelektual
anak sangat pesat terjadi pada kurun waktu usia nol sampai usia pra sekolah.
Masa usia Taman Kanak-Kanak itu dapat disebut sebagai masa peka belajar. Dalam
masa-masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal,
tentunya dari bantuan orang-orang yang berada di lingkungan anak-anak tersebut,
misalnya dengan bantuan orang tua dan guru. Salah satu kemampuan anak yang
sedang berkembang pesat saat usia taman kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa.
Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan
kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya
dalam berpikir. Perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak memang masih
jauh dari sempurna, namun demikian potensinya dapat di rangsang lewat
komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas
bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi
dalam ketrampilan berbicara dan berbahasa. Di TK guru merupakan salah seorang
yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Guru taman kanak-kanak harus
dapat mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berbahasa anak.
Pengembangan kemampuan berbahasa anak di TK-SDN
Satu Atap Tangkolo 1 merupakan prioritas dan merupakan tujuan dari sekolah.
Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang muncul dan
teridentifikasi dalam pelaksanaan program tersebut. Permasalahan yang dapat
teridentifikasi antara lain:1) hasil belajar yang kurang memuaskan pada kegiatan
menyanyi; 2) anak pasif dalam kegiatan bercakap-cakap; 3) kurangnya minat anak
dalam bermain peran; 4) kurangnya kemampuan anak dalam berbicara.
Dari keempat masalah yang teridentifikasi
tersebut maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak
dalam berbicara. Hal ini dapat terlihat dari data bahwa dari 20
orang siswa hanya 8 orang yang bisa aktif dalam kegiatan sementara
12 orang yang lainnya mengalami permasalahan. Penyebab dari masalah tersebut
adalah kemungkinan metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran
kurang tepat. Masalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara dapat diupayakan
dengan menggunakan metode yang tepat yaitu metode bermain peran, dengan
menggunakan metode bermain peran diduga sangat efektif dalam proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan
berbicara, dengan asumsi proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas adapun
rumasan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penggunaan metode bermain
peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK-SDN Satu Atap
Tangkolo 1?”
C. TUJUAN PERBAIKAN
Tujuan
perbaikan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK-SDN Satu
Atap Tangkolo 1 melalui metode bermain peran.
D. MANFAAT PERBAIKAN
Penelitian ini
diharapkan bermanfaat antara lain:
1. Bagi anak
agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui kegiatan yang bermakna
dalam rangka mengembangkan kemanpuan berbahasa.
2. Bagi guru
dan teman sejawat :
a)
Dapat mengetahui perkembangan anak didik dan
dapat mengukur seberapa besar kemampuan yang telah dicapai oleh anak dan juga
dapat mengetahui sejauh mana minat anak terhadap kegiatan bermain peran
b)
Dapat menambah wawasan tentang stimulasi yang
tepat dalam merangsang dan meningkatkan minat anak dalam bermain peran.
c)
Dapat menciptakan beragam media dan kegiatan
sesuai situasi dan kebutuhan dalam bermain peran.
3. Manfaat
bagi sekolah:
a)
Dapat meningkatkan mutu pendidikan;
b)
Menghasilkan anak didik yang kompeten;
c)
Dapat membentuk kepibadian anak dan menjadi
sarana bagi anak untuk berinteraksi sosial dengan teman-teman dan lingkungan
sekolah.
4. Manfaat
bagi Kepala Sekolah adalah dengan mengadopsi hasil penelitian sehingga dapat
mengembangkan guru-guru untuk dapat lebih mengoptimalkan kemampuan dalam
kegiatan belajar mengajar serta memperbaiki proses pembelajaran dengan memperhatikan
hasil penelitian
ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Metode Bermain Peran
Pengertian metode bermain peran menurut buku
Metode Pengembangan Bahasa (Universitas Terbuka 2006:7.38) adalah memerankan
tokoh–tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan
daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang
dilaksanakan.
Metode Bermain Peran ini dikategorikan sebagai
metode mengajar yang berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam
pengajaran Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas
belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, kongkrit dan dapat diamati.
Secara eksplisit dapat dikatakan bahwa bermain peran dapat ditujukan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan antar manusia (human
relations problems) yang berkaitan dengan kehidupan anak didik.
Bermain peran dalam Metode Pengembangan Bahasa
(Universitas Terbuka 2006:7.38) bertujuan: 1) melatih daya tangkap; 2) melatih
anak berbicara lancar; 3) melatih daya konsentrasi; 4) melatih membuat
kesimpulan; 5) membantu pengembangan intelegensi dan; 6 ) membantu perkembangan
fantasi.
Kegiatan bermain peran disamping fantasi dan
emosi yang menyertai permainan itu, anak juga belajar berbicara sesuai dengan
peran yang dimainkan, belajar bermain dengan baik dan melihat hubungan antara
berbagai peran yang dimainkan bersama.
B. Bermain
Peran
Bermain Peran merupakan suatu aktifitas anak
yang alamiah karena sesuai dengan cara berpikir anak usia dini, yaitu berpikir
simbolik (menurut teori Piaget). Banyak ahli yang meneliti dan memberi
perhatian terhadap aktivitas ini sehingga menghasilkan penemuan dan teori yang
menjadi dasar keilmuan bagi kajian bermain peran.
Tahap-tahap perkembangan bermain peran adalah;
1) awal pura-pura; 2) pura-pura dengan dirinya; 3) pura-pura dengan yang lain;
4) pengganti; 5) pura-pura dengan obyek atau orang; 6) agen aktif ; 7) urutan
yang belum berbentuk cerita; 8 ) urutan cerita; 9) perencanaan.
Menurut Fein dan Smilansky dalam
Gunarti (2008,10.18) dalam bermain peran anak menggunakan simbol, seperti
kata-kata, gerakan dan mainan anak mewakili dunia yang sesungguhnya. Bermain
peran sering digunakan untuk melatih ketrampilan berbicara anak melalui
dialog-dialog yang di bawakannya.
Untuk berdialog, sekurang-kurangnya anak harus
dapat memahami apa yang dikatakan kepadanya dan berbicara dengan bahasa yang
dapat dimengerti oleh teman sebayanya. Dengan demikian dalam bermain peran
harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) menyiapkan naskah, alat,
media dan konstum yang akan digunakan dalam bermain peran; 2) menerangkan teknik
bermain peran dengan cara sederhana; 3) memberi kebebasan pada anak untuk
memilih peran yang disukainya; 4) menetapkan peran pendengar (anak yang tidak
ikut bermain); 5) menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus mereka
mainkan; 6) menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk
memulai; 7 ) menghentikan permainan pada detik-detik situasi sedang memuncak
dan kemudian membuka diskusi umum.( Gunarti, 2008, 10.19 )
Kunci keberhasilan bermain peran dalam
pengembangan bahasa di taman kanak-kanak adalah anak didik dapat
mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang
telah dilaksanakan.
C. Kemampuan
Berbicara Melalui Metode Bermain Peran
Kemampuan yang diharapkan dalam penggunaan
metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berbicara dapat dilaksanakan
melalui penguasaan materi, keterlibatan guru, pemberian motivasi pada anak,
mengeksplorasi dan pengayaan.
Upaya peningkatan kemampuan berbicara melalui
metode bermain peran adalah sebagai berikut: 1) Bermain Peran harus diberikan
secara bertahap dan tidak boleh menilai baik buruk terhadap peran yang
dimainkan terutama dalam hal perasaan anak didik; 2) guru harus mampu sebagai
dinamisator sehingga mampu mengeksplorasi permasalahan dari berbagai
dimensi dengan kata lain guru harus bisa menangkap esensi dan pandangan peserta
didik, merefleksinya dan menyesuaikannya dengan baik; 3) anak didik harus
dibuka wawasannya karena terdapat beberapa alternatif pemeran dalam suatu alur
cerita dengan konsekuensi yang menyertainya, 4) mengkaji ketepatan masalah.(
Nurbiana, 2005, 7.6 )
Dengan diterapkannya metode bermain
peran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan
kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan
bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan (action research), dimana menurut Hisley (1972) ”Penelitian tindakan merupakan
bentuk intervensi skala kecil dalam hal fungsinya dunia nyata ini (kegiatan
nyata di lapangan) dan pemeriksaan dengan cermat apakah intervensi ini efektif
atau tidak. Dengan demikian penelitian tindakan bukan merupakan eksperimental,
tetapi merupakan penelitian yang berdasarkan permasalahan. Desain rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti langkah-langkah
yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTogart (Dalam Zuriah:2003;73)
yang terdiri dari “planning, action, observation dan reflection”, yang
selanjutnya dikaji dengan siklus spiral berikutnya. Penelitian tindakan kelas
ini dipilih karena pendekatan ini banyak memberikan manfaat kepada guru.
Sukarya (2000:6) mengemukakan manfaat PTK bagi guru antara lain (1) guru dapat melihat
kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan dalam usahanya menemukan kelemahan dalam proses belajar
mengajar dan sekaligus mencari jalan keluar untuk memperbaiki kelemahan
tersebut; (2) guru dapat mengelola kegiatan pendidikan agar menjadi sesuai
dengan kondisi dan perkembangan masyarakat didaerahnya; (3) pelaksanaan PTK
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pembelajaran di kelas dan juga tidak
menghambat pelaksanaan kurikulum di sekolah, dan (4) dapat menjembatani
kesenjangan antara teori yang bersifat umum, abstrak ,ideal dengan praktik
pembelajaran di kelas yang bersifat spesifik karena teori yang sifatnya umum,
abstrak dan ideal menyebabkan tidak dapat sepenuhnya dapat dilaksanakan dalam
praktek, diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar relevan dengan kondisi yang
terjadi di kelas sehingga memberikan manfaat optimal.
A. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah
anak Kelompok B TK-SDN Satu Atap Tangkolo 1 pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015,
yang dilakukan secara kolaborasi antara dua orang guru dan satu orang kepala
sekolah. Jumlah siswa di kelompok B terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 orang
anak perempuan. Adapun tema yang diangkat yaitu ”Kebutuhan” waktu pelaksanaan
terdiri dari 2 siklus dan kedua siklus tersebut dilaksanakan pada tanggal 01
sampai dengan 07 Februari (siklus 1) dan
tanggal 09 sampai dengan 14 Februari 2015 (siklus 2).
Anak kelompok B berasal dari berbagai
masyarakat dan budaya yang berbeda mereka mayoritas berasal dari orang tua yang
memiliki pekerjaan sebagai pedagang, petani, buruh, wiraswasta dan PNS. Dilihat
dari struktur budaya mereka menggunakan bahasa rejang sebagai alat komunikasi
sehari-hari, dan rata-rata beragama islam serta memiliki hubungan yang sangat
akrab diantara sesama mereka.
Tabel
3.1
Jadwal
Pelaksanaan
No
|
Siklus ke
|
Tanggal Pelaksanaan
|
Kelas
|
Nama Tk
|
1
|
I
|
01 s/d 07 -02-2015
|
B
|
TK-SDN Satu
Atap Tangkolo 1
|
2
|
II
|
09 s/d 14-02-2014
|
B
|
TK-SDN Satu
Atap Tangkolo 1
|
B. Deskripsi Persiklus
Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas
ini tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada setiap siklus adalah sebagai
berikut:
1. SIKLUS
I
1) Tahap Perencanaan Kegiatan,
meliputi:
a) Rencana
yang akan dilaksanakan:
o Menentukan kelas subyek penelitian
o Menyiapkan rencana
pembelajaran(skm,skh,materi,alokasi waktu, metode, pendekatan, alat evaluasi.
o Menetapkan fokus obserfasi dan
aspek-aspek yang akan diamati
o Menetapkan jenis data dan cara
penggumpulannya
o Menentukan pelaku observasi ,alat
bantu observasi ,pedoman obsevasi dan cara pelaksanaan observasi
o Menetapkan cara pelaksanaan
refleksi dan pelaku refleksi
o Menetapkan criteria keberhasilan
dalam upaya pemecahan masalah.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan
dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang
bersumber pada program semester kelompok B semester 2 Tahun pelajaran 2014/2015.
Pelaksanaan tindakan siklus 1 direncanakan terdiri dari 5 kali tatap muka,
evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan
penelitian ini peneliti bekerja sama dengan pengamat yaitu teman sejawat dan
supervisor. Tugas supervisor adalah untuk membimbing peneliti dalam kegiatan
tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri dari rekan guru dan kepala
sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan, arahan dan membantu
merencanakan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan.
Rencana
pelaksanaan tindakan siklus 1
1. Kegiatan
Awal
o Pendahuluan
o Guru membuka pembelajaran
dengan mengunakan apersepsi
o Guru menyampaikan tujuan dan
kegiatan hari ini.
2. Kegiatan
inti
o Guru menjelaskan kegiatan
apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.
o Guru mempersiapkan alat atau
bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.
o Guru meminta anak untuk
bermain peran (fokus pengembangan).
o Guru mengadakan diskusi
pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, membahas,
mencoba dan menggali materi.
3. Kegiatan
akhir
o Pada akhir pembelajaran guru
mengadakan tanya jawab tentang kegiatan di atas.
o Guru menarik kesimpulan,
refleksi dan tindak lanjut.
o Guru menutup
pembelajaran
3) Tahap observasi dan evaluasi
Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan
dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan
dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri,
teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk penggumpulan data.
Data yang akan dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif akan
dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Alat bantu observasi yang akan digunakan adalah
lembar observasi yaitu berupa APKG-1dan APKG-2. Evaluasi akan dilakukan melalui
pelaksanaan proses berbicara anak dalam kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama teman
sejawat dan kepala sekolah mengkaji hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang
terkumpul, diolah untuk disederhanakan, membuat tabulasi data dan menyimpulkan
data. Hasil analisis data akan digunakan sebagai bahan refleksi.
Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah pembelajaran selesai. Hal ini
dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan suatu tindakan perbaikan
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini, peneliti dan
observer dapat melakukun revisi untuk melakukan rencana siklus berikutnya agar
pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil pembelajaran
meningkat.
Keempat tahapan dalam satu siklus dilakukan
berulang hingga 2 siklus untuk mendapatkan kesimpulan dari yang telah
dilakukan, yaitu apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan berbicara anak kelompok B TK-SDN Satu Atap Tangkolo 1.
2. SIKLUS
II
1) Tahap Perencanaan Kegiatan,
meliputi:
a) Rencana
yang akan dilaksanakan:
o Menentukan kelas subyek penelitian
o Menyiapkan rencana pembelajaran
(SKM, RKH, materi, alokasi waktu, metode, pendekatan, alat evaluasi)
o Menetapkan fokus obserfasi dan
aspek-aspek yang akan diamati
o Menetapkan jenis data dan cara
penggumpulannya
o Menentukan pelaku observasi, alat
bantu observasi, pedoman obsevasi dan cara pelaksanaan observasi
o Menetapkan cara pelaksanaan refleksi
dan pelaku refleksi
o Menetapkan kriteria keberhasilan
dalam upaya pemecahan masalah.
2) Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan
dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang
bersumber pada program semester kelompok B semester 2 Tahun pelajaran 2014/2015.
Pelaksanaan tindakan siklus 2 direncanakan terdiri dari 5 kali tatap
muka, evaluasi dilakukan pada saat proses pembelajaran dan perbaikan siklus 2
ini akan dilaksanakan pada tanggal 09 sampai dengan 14 Februari 2015. Dalam
pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan pengamat yaitu teman
sejawat dan supervisor. Tugas supervisor adalah untuk membimbing peneliti dalam
kegiatan tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri dari rekan guru dan
kepala sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan, arahan dan
membantu merencanakan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan.
Prosedur
Kegiatan Pembelajaran/Rencana pelaksanaan tindakan siklus 2.
1. Kegiatan
Awal
o Pendahuluan
o Guru membuka
pembelajaran dengan mengunakan apersepsi
o Guru menyampaikan
tujuan dan kegiatan hari ini.
2. Kegiatan
inti.
o Guru menjelaskan
kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.
o Guru mempersiapkan
alat atau bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.
o Guru meminta anak
untuk bermain peran (fokus pengembangan).
o Guru mengadakan
diskusi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya,
membahas, mencoba dan menggali materi.
3. Kegiatan
akhir
o Pada akhir
pembelajaran guru mengadakan tanya jawab
tentang kegiatan di atas.
o Guru menarik kesimpulan,
refleksi dan tindak lanjut.
o Guru menutup
pembelajaran
3) Tahap observasi dan evaluasi
Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan
dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan
dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri,
teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk pengumpulan data.
Data yang akan dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif akan
dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlansung. Alat bantu observasi yang akan digunakan adalah lembar
observasi yaitu berupa APKG-1 dan APKG-2. Evaluasi dilakukan melalui
pelaksanaan proses berbicara anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama teman
sejawat dan kepala sekolah mengkaji hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang
terkumpul, diolah untuk disederhanakan, membuat tabulasi data dan menyimpulkan
data. Hasil analisis data akan digunakan sebagai bahan refleksi.
Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah pembelajaran selesai. Hal ini
dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan suatu tindakan perbaikan
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini, peneliti dan
observer dapat melakukan revisi untuk melakukan rencana siklus berikutnya agar
pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil pembelajaran
meningkat.
C. Pengumpulan
data
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Untuk
menggumpulkan data kualitatif, dilakukan melalui observasi dan evaluasi.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal
ini dilakukan untuk melihat kemampuan anak berbicara selama pelaksanaan
pembelajaran dan juga untuk melihat interaksi antar siswa atau antara siswa
dengan guru yang dilakukan oleh observer dengan bantuan alat lembar observasi.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan
diamati dan menjadi fokus utama untuk diteliti dalam menjawab permasalahan
dalam penelitian ini adalah faktor guru, anak, metode pembelajaran yang
berimplikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Faktor utama yang diamati
dari guru adalah penguasaan dalam penggunaan metode bermain peran, yang
meliputi:
1) Penguasaan
guru pada saat pembukaan, yaitu
o Memberi
perhatian pada siswa
o Menarik
perhatian siswa
o Pelaksanaan
Apersepsi
2) Penguasaan
guru pada tahap kegiatan inti, yaitu
o Tahap
orientasi
o Tahap
implementasi
o Tahap
review
3) Penguasaan
guru saat penutup
o Menciptakan
suasana anak untuk bertanya jawab
o Pelaksanaan
post test pembelajaran
Sedang
faktor siswa yang diamati adalah sebagai berikut:
1)
Respon anak terhadap pembelajaran, meliputi:
o Interaksi
antar siswa dan atau dengan guru
o Keaktifan
anak dalam pembelajaran setiap tahap pembelajaran (awal, inti, penutup)
2) Daya
serap siswa dalam pembelajaran
Untuk
merekam daya serap siswa terhadap pembelajaran akan dikumpulkan melalui
pelaksanaan evaluasi yang pada akhirnya merupakan data kualitatif. Dalam
menetapkan kriteria keberhasilan belajar di kelompokkan menjadi 5 kriteria
yaitu (> 80 % ) sangat tinggi, (60-70 %) tinggi,
(40-59 % ) sedang, (20-39 % ) rendah, dan (<
20 % ) sangat rendah (Diadopsi dari Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)
D. Analisis
Data
Setelah data terkumpul, hasil observasi
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif sedangkan hasil belajar
didokumentasikan kemudian dianalisis melalui proses pembelajaran dengan
membandingkan hasil yang dicapai pada siklus 1 dan siklus 2 dengan rumus
sebagai berikut:
N
K=
---- x
100%
n
Keterangan
K : Kecenderungan
N : Jumlah
hasil observasi
n : Jumlah
sampel seluruh anak
100% : Bilangan
Konstanta
(Diadopsi dari
Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Persiklus
Selama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung
diupayakan untuk direkam. Sarana untuk merekam kegiatan tersebut dilakukan melalui
observasi, baik menyangkut guru maupun siswa. Data yang
terkumpul yaitu data kualitatif. Data kualitatif dilakukan melalui
observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dilakukan oleh
observer dengan alat bantu lembar observasi APKG 1 dan APKG 2.
1. Pelaksanaan
Siklus 1
a. Perencanaan
Hasil
refeksi awal sebelum penelitian ini dilakukan adalah di kelompok
B terdapat permasalahan siswa dalam belajar, yaitu kurangnya
kemampuan berbicara. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut maka ditetapkan
penggunaan metode bermain peran dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu
dalam perencanaan penelitiaan ini telah dilakukan persiapan rencana
pembelajaran (SKM, RKH, media, alokasi waktu, metode, alat evaluasi dan lembar
kerja anak). Menetapkan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati,
meliputi siswa, guru dan penggunaan metode, menetapkan cara pelaksanaan
refleksi dan perilaku refleksi dan menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya
pemecahan masalah.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Dilaksanakan
tanggal 01 sampai dengan 07 Februari 2015, dengan Tema“Kebutuhan” sedangkan sub
temanya adalah “Makanan Kesukaan”, Metode yang digunakan adalah Bermain Peran.
Adapun langkah-langkah yang telah di laksanakan
adalah:
1. Kegiatan
Pembukaan
o Salam, doa, bernyanyi
o Tanya jawab tentang makanan
kesukaan
o Menyanyi lagu “ Tukang
Bakso.“
2. Kegiatan
Inti
o Menggambar bebas macam-macam
makanan kesukaan
o Bermain peran “ Penjual
Bakso.”
o Meniru bentuk tulisan kata”
bakso.“
3. Istirahat
o Cuci tangan, doa, makan
o Bermain
4. Kegiatan
Penutup
o Meniru bunyi kalimat “ saya
suka makan bakso.”
o Diskusi dan Tanya jawab.
o Bernyanyi, doa, salam.
c. Tahap
Observasi atau Pengamatan
Pelaksanaan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hasil
observasi pada siklus 1 menunjukkan : 1) guru belum terlalu optimal
dalam menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran; 2) pada tahap
kegiatan inti tidak dilakukan pengelolaan interaksi kelas secara optimal
sehingga anak ada yang masih ribut sendiri; dan 3) pengunaan waktu juga belum
ditepati sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tidak dilaksanakan kegiatan
mengulas kembali atau review dan siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya.
d. Tahap
Refleksi
Berdasarkan
hasil observasi dan hasil belajar siswa pada siklus 1, ditemukan sejumlah
permasalahan anak, yaitu pada proses dan hasil belajar anak. Pada proses
kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan bermain peran sebagian anak masih takut
mengungkapkan imajinasinya dan masih kurang aktif dalam berbicara/berdialog.
Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan persentase 50%. Pada
pra perbaikan jumlah anak yang mencapai indikator sebanyak 8 orang dan setelah
diadakan perbaikan jumlah anak yang dapat mencapai indikator sebanyak 10 orang,
jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, hal ini telah menunjukkan suatu
kemajuan yaitu adanya kenaikan sebanyak 2 orang. Namun masih rendah dan belum
mencapai indikator keberhasilan. Karena hanya ada 10 orang anak dari 20 anak
yang dapat meningkatkan kemampuannya. Untuk meningkatkan aspek yang masih
kurang pada siklus 1, maka perlu adanya perbaikan untuk tindakan selanjutnya
dengan cara sebagai berikut:
1). Mengoptimalkan penggunaan metode
yang dipakai guru.
2). Penggelolaan interaksi kelas harus tepat
sehingga anak dapat belajar dengan baik dan
menyenangkan.
3). Penggunaan alokasi waktu harus sesuai
dengan alokasi waktu yang ditentukan sehingga ada waktu untuk diskusi dan tanya
jawab.
Tabel
data hasil perbaikan siklus 1
No
|
Aspek yang
dievaluasi
|
Hasil
Evaluasi
|
1
|
Kegiatan
membuka pembelajaran
|
Baik
|
2
|
Kegiatan inti
pembelajaran
|
Baik
|
3
|
Kegiatan
penutup pembelajaran
|
Baik
|
4
|
Rata-rata
hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
|
Baik
|
5
|
Rata-rata
hasil kegiatan pembelajaran anak
|
Baik
|
Hasil perbaikan sebagaimana tabel di atas
menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang dilakukan guru baik dan hasil
pembelajaran anak juga baik.
2. Pelaksanaan Siklus
2
a). Perencanaan
Berdasarkan
hasil refleksi pada siklus 1 masih terdapat permasalahan
dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar anak, rendahnya hasil
belajar siswa ditunjukkan dengan pencapaian persentase belajar 50%. Untuk
meningkatkan hasil belajar tersebut maka strategi guru dalam penggunaan metode
bermain peran perlu diperhatikan. Oleh kerena itu dalam perencanaan siklus 2,
direncanakan penggunaan metode bermain peran akan dilaksanakan dengan seoptimal
mungkin, meliputi rencana kegiatan pembelajaran(materi/tema, alokasi waktu,
metode, media, alat evaluasi dan lembar kerja anak).
b). Tahap
pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan
siklus 2 dilaksanakan tanggal 09 – 14 Februari 2015, dengan tema Kebutuhan dan
sub tema Minuman Kesukaan, dengan mengunakan metode bermain peran . Adapun
lankah langkah yang telah dilaksanakan pada siklus ke 2
ini adalah:
1). Kegiatan
Pembukaan
o Salam,
doa, bernyanyi.
o Tanya
jawab tentang guna air minum
o Praktek
langsunh memantulkan bola tenis
2). Kegiatan
inti
o Bermain
peran “Penjual Es Krim.”
o Mewarnai
gambar es krim
o Menghitung
jumlah gambar es krim
3). Istirahat
o Cuci
tangan, doa, makan
o Bermain
4 ). Kegiatan
penutup
o Menyebutkan
empat nama kitab Alloh
o Menggulas
kegiatan dan Tanya jawab.
o Bernyanyi,
doa, salam.
c). Tahap
Observasi
Pelaksanaan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan Hasil observasi pada
siklus 2 menunjukkan: 1) guru sudah berupaya mengoptimalkan kegiatan dengan
metode bermain peran; 2) guru sudah meningkatkan penggunaan waktu
dan mengelola interaksi kelas dengan baik; 3) kegiatan pembelajaran dimulai
dengan tahap orientasi, implementasi dan review serta anak diberi kesempatan
untuk bertanya.
d.) Tahap
Refleksi
Hasil
observasi dan hasil belajar anak pada siklus 2 menunjukkan
adanya perbaikan, baik hasil belajar maupun proses belajar. Pada
proses kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, sedangkan hasil
belajar anak pada siklus 2 telah mencapai 80%, jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya, hal ini telah menunjukkan suatu kemajuan karena nilai persentase
telah mencapai 80% dan hal ini sudah menunjukan ketercapaian indikator
Indikator
yang nampak pada keberhasilan siklus 2 adalah:
1. Anak
rata-rata tertarik dan antusias terhadap kegiatan bermain peran
2. Anak menjadi
berani tampil dan dapat mengungkapkan imajinasinya
dalam
bermain peran.
3. Anak
mampu memainkan beberapa peran dengan baik.
4. Anak
terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.
5. Anak
dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melalui
bermain
peran.
Tabel
data hasil perbaikan siklus 2
No
|
Aspek yang
dievaluasi
|
Hasil
Evaluasi
|
1
|
Kegiatan
membuka pembelajaran
|
Baik
|
2
|
Kegiatan inti
pembelajaran
|
Baik
|
3
|
Kegiatan
penutup pembelajaran
|
Baik
|
4
|
Rata-rata
hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
|
Baik
|
5
|
Rata-rata
hasil kegiatan pembelajaran anak
|
Baik
|
Hasil perbaikan sebagaimana
tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang dilakukan guru baik dan
hasil pembelajaran anak juga baik.
B. Pembahasan Hasil Perbaikan
a)
Siklus 1
Dari
hasil perbaikan siklus 1 ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara
anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti dari perbandingan antara pra
perbaikan dan setelah perbaikan. Dari data terlihat bahwa sebelum perbaikan
jumlah anak yang dapat mencapai indikator hanya 8 orang sedangkan data setelah
perbaikan naik menjadi 10 orang dari jumlah anak yaitu 20 orang, ini
menggambarkan bahwa ada kenaikan sekitar 10% dari sebelum perbaikan.
Refleksi
proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus
ini menunjukkan hasil siklus yang lebih baik, kelebihan
dihitung melalui rumus:
N
K= ----- x
100%
n
10
= ------ x 100%
20
= 50%
Faktor-faktor
keberhasilan dan kelemahan yang tampak pada siklus I :
1. 50% anak dapat
meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran
2. Sebagian besar anak
belum bisa aktif dalam bermain peran
3. Sebagian besar anak
masih takut dalam mengungkapkan imajinasinya.
4. Guru belum bisa
mengoptimalkan metode yang digunakan
dalam bermain
peran
Dari
temuan-temuan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa secara keseluruhan anak
belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan, sehingga diperlukan perbaikan
siklus ke 2.
b)
Siklus 2
Berdasarkan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka pada siklus 2 pelaksanaan
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, ini dapat dilihat pada data dari 20
orang anak hanya 4 orang anak yang belum mencapai indikator yang ditetapkan.
Hal ini dapat dilihat dari prosentase perbandingan antara siklus 1 dan siklus
2, yaitu 50% pada siklus 1 dan 80% di siklus 2.
Refleksi
proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus
ini menunjukkan hasil siklus yang lebih baik, kelebihan
dihitung melalui rumus:
N
K= ----- x
100%
n
16
= ------ x 100%
20
= 80%
Faktor-faktor keberhasilan
pada siklus 2 ini dapat di capai karena:
a)
80% anak dapat meningkatkan kemampuan berbicara
melalui metode bermain peran.
b)
Anak menjadi berani tampil dan berani
mengungkapkan imajinasinya ketika bermain peran.
c)
Anak mampu memainkan beberapa macam peran
dengan baik.
d)
Anak aktif dalam pembelajaran karena mempunyai
minat yang besar pada kegiatan bermain peran.
e)
Anak dapat melaksanakan kegiatan dengan
menyenangkan pada kegiatan bermain peran.
Dengan
demikian berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bermain peran
yang dimulai dengan siklus 1 hingga siklus 2 telah
menunjukkan terjadinya perbaikan proses pembelajaran, terbukti dari
hasil observasi oleh teman sejawat bahwa pada pra perbaikan jumlah anak yang
mencapai indikator hanya 8 orang sedang pada siklus 1 ada kenaikan menjadi 10
orang dan pada siklus 2 anak yang mencapai indikator sebanyak 16 orang.
Secara
umum hasil belajar yang terlihat dari kedua siklus ini adalah adanya
peningkatan kemampuan berbicara anak. Hal ini terbukti dari hasil perbandingan
antara pra perbaikan dengan setelah perbaikan. Keberhasilan perbaikan ini dapat
dilihat dari hasil belajar siklus 1 dan siklus 2, yaitu 50% meningkat menjadi
80%. Dengan demikian terjadi kenaikan sebagai berikut dari siklus 1
ke siklus 2 kenaikannya 30% (80%-50%=30%)
Tingkat keberhasilan pelaksanaan siklus 1
adalah 50% anak aktif mengikuti pembelajaran, sedangkan pada siklus 2 anak
berhasil 80%. Jika kedua siklus tadi dibandingkan maka siklus
2 lebih berhasil dari siklus 1, maka pada siklus 2 terdapat keunggulan-keunggulan
sebagai berikut: 1) menunjukkan rata-rata anak tertarik pada
kegiatan bermain peran; 2) anak menjadi berani tampil dan dapat mengungkapkan
imajinasinya dalam bermain peran; 3) anak mampu memainkan beberapa peran dengan
baik; 4) anak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas; 5) anak dapat
melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melalui bermain peran.
Melihat hasil dari penelitian tindakan kelas
ini, maka dapat dikatakan metode bermain peran ini baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran terutama dalam pengembangan kemampuan berbicara dan berbahasa.
Namun harus diperhatikan dalam penyediaan alat bermain peran haruslah yang
dapat menarik minat anak, walaupun alat atau media tersebut dalam bentuk yang
paling sederhana sekalipun.
Sehingga untuk menerapkan metode ini perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut antara lain: 1) kesiapan guru dalam
pengguasan metode yang akan digunakan; 2) ketersediaan media; 3) kemampuan guru
mengelola pembelajaran.
Berdasarkan hasil belajar secara
klasikal individual dan kelompok serta pencapaian indikator yang ditetapkan
maka penelitian ini masih menyisakan permasalahan, untuk itu penelitian
tindakan kelas ini perlu ditindaklanjuti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran
dengan menggunakan metode bermain peran yang dilakukan dengan
baik dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK-SDN Satu
Atap Tangkolo 1
2. Daya serap
siswa terhadap pembelajaran rata – rata tinggi yang mencapai 50% pada siklus
pertama, dan 80% pada siklus kedua
B. Saran
1.
Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran perlu terus ditingkatkan
mengingat cukup signifikan terhadap hasil belajar anak.
2.
Guru hendaknya menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat
dalam merangsang dan meningkatkan kemapuan berbicara, dan seharusnya
guru lebih kreatif dalam menciptakan baragam media dan kegiatan sesuai dengan
situasi dan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
mutu pendidikan di TK-SDN Satu Atap Tangkolo 1
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas
(2004) Kurikulum Pedoman Penyusunan Silabus Jakarta :
Depdiknas
Dhieni
Nurbiana. dkk. (2005) Metode Pengembangan Bahasa Jakarta
: Universitas Terbuka
Gunarti
Winda,Suryani Lilis,Muis Azizah (2008) Metode Pengembangan Perilaku
dan Kemampuan Dasar AUD, Jakarta: Universitas Terbuka
Tim PKP PG-PAUD
(2009) Panduan Kemantapan Kemampuan Mengajar Profesional Jakarta
: Universitas Terbuka
Wardhani Igak,
Wihardit Kuswaya, (2008) Penelitian Tindakan Kelas Jakarta
: Universitas Terbuka
0 komentar :
Post a Comment